HARIANINDONESIA.COM – Badan Pangan Nasional (Bapanas) memberikan tanggapan terkait pemberitaan yang menyebutkan kenaikan harga beras justru memukul petani sebagai produsen.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani menyampaikan penjelasannya terkait permasalahan tersebut.
Rachmi Widiriani mengatakan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) saat ini di 120, ini sejarah untuk petani tanaman pangan.
“Seharusnya kalau dengan bukti bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) saat ini di 120, ini sepanjang sejarah NTP untuk petani tanaman pangan paling tinggi.”
Baca Juga:
Berhasil Turunkan Harga Tiket Pesawat, Presiden Prabowo Subianto: Untuk Bantu Masyarakat Kita
“Jadi memang bahagia petani karena harganya tinggi,” jawab Direktur Bapanas Rachmi Widiriani.
“Itu mungkin kekhawatiran kalau nanti masuk musim panen, naik lagi panen, akan terjadi harga turun yang menyebabkan kerugian bagi petani.”
“Terkait ini memang sudah diingatkan oleh Bapak Kepala Bapanas ke Perum Bulog bahwa tugasnya untuk membeli produksi petani agar tidak terjadi kerugian terhadap petani.”
Baca artikel lainnya di sini : Jaga Ketersediaan Pangan dan Stabilisasi Harga, Bapanas Gelar Koordinasi Lintas Kementerian dan Lembaga
Baca Juga:
Kebijakan AS dan Tiongkok Berdampak pada Ekonomi Nasional, Menteri Rosan Roeslani Ungkap Alasannya
BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 dan 2026, Berikut Sejumlah Indikator Ekonomi
Kerja sama Indonesia dan Tiongkok, Jangkar Stabilitas dan Kepastian Dunia di Tengah Dinamika Global
“Ini untuk menjaga agar harga di tingkat petani tetap baik dan kemudian yang di konsumen juga terjangkau.”
“Kita pun tahu seperti yang sudah disebutkan oleh Profesor Ahmad Muslim bahwa sebagian petani adalah net consumer juga,” tandas Rachmi.
Lihat juga konten video, di sini: Khofifah Indar Parawansa: Kita Doakan Oktober Mendatang Presiden ke-8 Prabowo Subianto Dilantik
“Kami di Bapanas, untuk para produsen, sudah meletakkan 30 alat sistem rantai pasok dingin.”
Baca Juga:
Harga MinyaKita Masih Tinggi, Menteri Perdagangan Budi Santoso Sebut 2 Hari Lagi akan Turun
“Alat-alat besar ini untuk menyelamatkan produk petani seperti bawang merah, cabai, produk daging dan ikan.”
“Itu supaya produk petani dapat dibekukan secara cepat kemudian disimpan, jadi masih bisa diselamatkan, tidak busuk.”
“Memang jumlahnya belum banyak dan ini akan kita tambah terus, tahun ini kita tambah 13 alat lagi.”
“Ini untuk menjaga agar bahan pangan yang sudah diproduksi oleh petani itu tidak sia-sia,” pungkasnya.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Sebagaimana diketahui, dalam mendukung penguatan ketersediaan dan stabilisasi pangan wilayah sentra produsen, sebanyak 30 unit sarana dan prasarana (sarpras) rantai dingin (cold chain).
Berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer telah ditempatkan pada 12 provinsi.
Di tahun ini, Bapanas menargetkan tambahan sarpras cold chain sebanyak 13 unit.
Pemerintah juga optimis sangat siap dalam menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri di tahun ini.
Utamanya dalam penyediaan pangan pokok bagi masyarakat.
Ketersediaan pangan pokok yang stabil dan secured di tiap jengkal wilayah NKRI telah menjadi bahasan utama.
Di Rakornas HBKN yang dihelat Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama seluruh stakeholder pangan seluruh Indonesia.
“Jadi tadi pagi sudah dilaksanakan rapat koordinasi nasional HBKN menghadapi Ramadan dan Lebaran 2024.”
“Itu memastikan bahwa seluruh pihak siap untuk menjaga ketersediaan pangan di seluruh wilayah.” kata Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani.
Rachmi Widiriani menyampaikan saat menjadi pembicara dalam dialog ‘Forum Merdeka Barat 9 (FMB9)’ di Jakarta, Senin (4/3/2024).
“Jadi semua dipastikan kesiapannya untuk mendukung dalam rangka ketersediaan pangan menjelang HBKN.”
“Nah salah satu yang diputuskan di rakornas adalah menggiatkan seluruh provinsi dan kabupaten/kota untuk melaksanakan GPM (Gerakan Pangan Murah).”
“Jadi masyarakat bisa membeli bahan pangan denga harganya tentu dikontrol oleh pemerintah dan pasti lebih terjangkau.”
“Ini untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan bahan pangan khususnya menjelang dan saat HBKN,” urainya.
“Kemudian jangan lupa pemerintah juga punya bantuan pangan beras 10 kilogram (kg) per keluarga untuk total 22.004.077 keluarga.”
“Khususnya masyarakat yang di kelompok bawah ini dapat terpenuhi kebutuhan berasnya.”
“Minimal ia bisa tidak beli beras selama 2 sampai 3 minggu. Lalu nanti sebentar lagi juga akan rilis untuk bantuan keluarga yang berisiko stunting berupa ayam 1 kg dan telur 10 butir.”
“Ini akan diberikan ke 1,4 juta keluarga risiko stunting. Ini pun diharapkan bisa semakin membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya,” sambungnya.***
Artikel di atas juga sudah diterbitkan portal berita ekonomi dan bisnis Pangannews.com
Sempatkan juga untuk membaca artikel menarik lainnya, di portal berita Topikpost.com dan Infotelko.com