Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
HARIANINDONESIA.COM – Jika melihat semangat menerbitkan green bond dalam tahun terakhir maka dapat dipastikan Pertamina akan mengubah haluan dalam hal pembiayaan.
Ini merupakan hal yang baru bagi Pertamina. Green bond merupakan langkah kunci bagi BUMN terbesar di tanah air untuk memulai agenda transisi energi.
Secara bisnis jika sumber pembiayaan berubah, maka secara otomatis misi bahkan visi perusahaan akan terpengaruh.
Baca Juga:
Bareskrim Polri Tetapkan Mantan Direktur Pertamina Sebagai Tersangka, Dugaan Korupsi Pembelian Lahan
Jika itu adalah perusahaan minyak yang semula dibiayai oleh kelompok perbankan minyak global.
Baca artikel lainnya di sini: Kejagung Jelaskan Ada atau Tidaknya Keterlibatan Airlangga Hartatarto dalam Perkara Tipikor Minyak Goreng
Maka green bond merupakan perubahan yang sangat mendasar bagi bisnis energi perusahaan tersebut.
Perubahan sumber pembiayaan berarti proyek-proyek yang dibiayai berubah, jika proyek yang dibiayai berubah maka infrastukrur berubah.
Maka sumber daya manusia berubah, tehnologi berilubah, semua berubah, semua baru.
Tidak mungkin uang green bond untuk menyedot minyak. Bisa ngamuk itu semua pemilik uang.
Baca Juga:
Kasus Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Peras Anak Buah untuk Biayai Pilkada, KPK Penjarakan 3 Orang
Sambut Kedatangan Prabowo Subianto di London, Pelajar Indonesia: Makin Semangat Lagi untuk Belajar
SMSI Tunjuk Direktur Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI) Sebagai Anggota Divisi Humas SMSI
Itulah konsekuensi dari transisi energi, bukan soal mau atau tidak mau, tapi mau tidak mau harus mau.
Ketika uang dari bank bank energi fosil makin dibatasi ruang geraknya, maka pintu lain akan dibuka bank bank dari energi terbaharukan dan ramah lingkungan.
Karena uang dan pembiayaan menetukan segalanya maka semua kompomen di dalam perusahaan energi terpaksa harus menyesuaikan dengan kebutuhan pemilik uang.
Jika siap maka semua agenda berjalan mulus, jika tidak siap maka ini yang bikin linglung.
Baca Juga:
Sebagaimana kita tahu dalam empat tahun Pertamina aktif menerbitkan surat utang atau global bond.
Cukup laku dan ini telah menjadi sumber keuangan penting bagi Pertamina dan anak anak perusahaannya sebelum isue transisi energi datang menderu.
Namun tahun 2022 lalu global bond pertamina tampaknya kurang diminati.
Berbeda ketika PGE menerbitkan green bond, langsung diserbu oleh uang. Padahal PGE baru saja IPO 25 persen sahamnya dan mendapat uang sekitar 10 triliun.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Namun secepat caha kemudian menerbitka green bond dan mendapatkan 400 juta dolar dengan permintaan 3,5 miliar dolar. Mantap toh?
Ini apa artinya, transisi energi telah memaksa Pertamina mengubah visi, misi, infrastuktur, sumber daya manusia, dan tehnologi yang cocok dengan tema yang baru.
Ini yang disebut perubahan, perubahan tema zaman, mengakibatkan perubahan pembiayaan, mengakibatkan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya utama Pertamina berubah.
Ini baru green bond, belum lagi uang 100 miliar dolar setahun dari JETP hasil G20 yang dipimpin Indonesia running? Lebih mantap lagi. Sukses RUPS Pertamina.***